Selasa, 10 Januari 2012

Ironi..

Pagi tadi adalah hari pertama aku ngajar di kelas setelah liburan semester. 
Gk ada sesuatu yang istimewa yang terjadi, semuanya berjalan seperti biasanya, semangat para siswa masih saja memble, sangat berbeda dengan para pendidik yang senantiasa belajar dan mempersiapkan segala sesuatunya sebelum masuk kelas, yaaa... gk semua sih.
Itulah yang kusebut ironi, sebuah kondisi yang sangat bertentangan dengan harapan atau yang seharusnya terjadi. Sampai hari ini aku gk ngerti apakah ini hanya ada di sekolah
tempat aku mengajar saja ataukah di tempat lain juga. Aku melihat gak ada semangat belajar, sangat mlempem..
Aku gak bisa membaca, apa sih sebenarnya yang diinginkan anak-anak ini di sekolah, rasa-rasanya kok gk ada ghirohnya selama mengikuti pelajaran, yang sangat serius cukup bisa dihitung dengan jari tangan. 
Awalnya, sempat aku mengira bahwa berdasarkan latar belakang siswa, yang sebagian besar dari keluarga ekonomi menengah kebawah serta background pendidikan orang tua yang rendah, banyak diantara siswaku yang hanya bertujuan nyari selembar ijazah saja, gk peduli butir-butir nilai yang tertulis diatasnya bagus atau jelek, yang penting kertas ini sudah dikantongi, oleh karena itu suasana yang kompetitif tidak muncul sama sekali. Disamping, "sesuatu" yang tidak patut dibahas, yang mengotori dunia pendidikan di Indonesia, sebuah kecurangan disana-sini, seolah-olah "dijagakan" oleh mereka. Mungkin ini juga yang menjadi salah satu penyebab kenapa mereka sangat cuek dengan mata pelajaran yang disampaikan guru-guru. 
Kupikir aku aja yang mengeluhkan ini, ternyata.. hasil ngobrol2 sama beberapa rekan, ealaaaahhhh.. sami rawon eh sami mawon..

Ada satu lagi sesuatu yang ganjil dihari ini, yang aku menyebutnya ironi. Saat aku lagi makan di kantin dengan seorang teman, dia menceritakan ada satu guru GTT yang mengeluh lg gk punya uang karena belum dibayar oleh sekolah (maklum.. di sekolahku emang memiliki jumlah guru GTT yang luar biasa jumlahnya) sehingga sekolah terkadang sering terlambat membayar mereka, karena katanya banyak siswa yang nunggak SPP juga (wuahhh.. pusing dan sangat malas saya membahas masalah uang-uang ini). 
Kembali ke penggalan cerita di kantin.. Ironisnya adalah ketika beberapa guru sedang mengharap-harap kepastian tentang honor, satu sisi, sekolah malah menerima satu guru baru lagi ckckck... Dengan jumlah itu aja sekolah sering mengeluh gk bisa bayar, lha kok malah ada tambahan satu tenaga lagi, bagaimana cara membayarnya???

Weleh.. saya berfikir lebih baik menjadi penonton saja, yang akan menyaksikan kejadian-kejadian, merekamnya dan mudah2an sanggup untuk tidak berkomentar apalagi mengeruhkan suasana, tetap berusaha yang terbaik ajah lah :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar