Kamis, 29 Desember 2011

Single Fighter

Suatu siang, seorang pemuda mendatangiku
Perawakannya yang tinggi dan agak kurus membuatku tidak asing bahwa dia adalah salah satu siswaku
Sebut saja namanya AG.
Dengan senyumnya yang khas, dia menyampaikan sesuatu padaku.
"Bu..ada waktu sebentar??"

"Iya, ada apa nak?" jawabku
"Saya ingin curhat bu.."

Hmm..ada semacam rasa agak terharu dalam hatiku. Setahuku beberapa siswa yang ingin curhat ke guru adalah perempuan, tapi kali ini... Aku langsung menyambutnya dengan senyuman dan bertanya "Ada apa nak?"
AG adalah salah satu siswa baru di sekolah tempat aku mengajar, dia pindahan dari sebuah sekolah yang tidak jauh. Saat itu dia menanyakan sesuatu kepadaku tentang cara pembayaran denda kartu perpus. Menurut aturannya apabila siswa meminjam buku dan terlambat mengembalikan, maka akan dikenakan denda per hari Rp.1000,-. Sebuah nominal yang menurut AG cukup besar. Karena ketidaktahuanku tentang perihal ini maka akupun berjanji akan mencarikan informasi.

Keesokan harinya setelah aku mendapat informasi dan konfirmasi dari Pak Dody (petugas perpus), akupun segera mencari AG dan menyampaikan apa yang dia butuhkan. Ternyata setelah AG mendapatkan info yang dia mau, ia tidak lantas bergegas meninggalkan aku. Dengan suara agak terbata-bata (dia memang sosok yang agak pendiam dan pemalu), dia menyampaikan kebingungannya tentang biaya sekolah, bagaimana dia harus menyelesaikan tanggungan biaya sekolah dan daftar ulang.
Sebelum aku memberikan solusi yang tidak begitu banyak membantunya, aku ingin mengulas sedikit tentang kehidupan sehari-hari AG, dan cerita ini bersumber dari cerita AG sendiri.

AG adalah seorang anak tunggal dari keluarga sederhana, sejak kecil ia telah ditinggalkan oleh ayahnya. Ayah AG meninggal akibat kecelakaan dan kini ibunya telah juga meninggalkannya dan menikah lagi dengan orang lain. Tanpa kedua orang tua AG terpaksa tinggal bersama neneknya. Menurut keterangannya, rumah AG bersebelahan dengan Pakliknya (adik dari ayahnya), yang konon menurut cerita AG, Pakliknya lah yang menyarankan AG pindah sekolah dari SMK ke sekolah tempat aku mengajar kini. Yang menjadi pertimbangan Paklik AG waktu itu adalah alasan kedekatan lokasi sekolah dengan rumah dan biaya yang jauh lebih murah. Paklik AG berjanji akan membiayai seluruh biaya sekolah AG. Namun, pada kenyataannya, kini AG seringkali mencurhatkan padaku perihal kesulitan biaya sekolah, pakliknya tidak pernah sama sekali memberikan sumbangan dana untuk biaya sekolah AG.

Menyambung cerita diatas, pernah kukonfirmasikan pada AG, jika pakliknya tidak lagi menanggung biaya sekolahnya, lantas darimana ia mendapatkan uang untuk bayar sekolah dan ini-itu? Kabarnya AG hanya tinggal berdua dengan neneknya yang seorang buruh tani tapi sudah jarang kesawah karena termakan usia. AG menceritakan, sepeninggal ayahnya, ia diwarisi uang asuransi yang lumayan, paling tidak cukup untuk membiayai sekolahnya, yakni Rp. 300.000,- perbulan.
"Seharusnya ini sih cukup bu, tapi petugas asuransi yang dimintai tolong sama keluarga jarang sekali mau mengeluarkan uangnya, katanya mau dikerluarkan 3 bulan sekali atau menurut mereka ketika saya butuh saya baru boleh minta, hasilnya seringkali saya datang untuk meminta uangnya, saya hanya diberi janji-janji saja", tutur AG.
"Nah, kalau gitu biaya sehari-hari AG dan nenek darimana?" tanyaku
"Ya makanya itu bu, saya kasihan sama nenek, yang seharusnya menikmati masa tuanya malah harus mengurus saya dan memikirkan masa depan saya, kalau pas ada waktu senggang, biasanya saya kesawah bu, atau ikut jaga counter hp punya teman saya, lumayan hasilnya bisa saya tabung" jawab AG
Jawaban AG membuat saya terdiam dan tidak bisa memberikan bantuan banyak padanya, hanya setangkup harapan dan secuil motivasi yang bisa kuberikan untuk sekedar membesarkan hatinya agar keinginannya sekolah sampai selesai, tidak lembar demi lembar tersobek habis.

Subhanallah.. benar-benar penuh perjuangan dan membuat kita bersyukur atas apa yang ada dan kita nikmati selama ini. Begitulah kehidupan, ada kemudahan, ada kesulitan, ada kesedihan, ada kebahagiaan, ada begitu banyak variasi dalam kehidupan. Memaknai hidup lebih dalam dan menikmatinya dengan rasa bersyukur akan membuahkan hasil kemenangan diri dalam menghadapi hidup. Curhat siswaku AG mungkin hanya contoh kecil, bahwa diantara kemudahan-kemudahan yang disajikan zaman saat ini, ternyata masih ada beberapa diantara kita yang mengalami kesulitan.

-Semoga menjadi hikmah-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar