Rabu, 07 November 2012

Dzaky Ahmad Ibrahim

Ini adalah momen yang tidak tergambarkan dengan kata-kata..
Kelahiran putra pertama kami adalah anugerah yang super dahsyatnya yang Allah berikan pada kami. Kebahagiaan yang kami rasakan, sepertinya tidak cukup hanya diekspresikan dengan ucapan Alhamdulillah saja.

4 Oktober 2012 adalah hari yang bersejarah bagi kami, setelah beberapa hari sempat harap-harap cemas, akhirnya kemunculannya memberikan warna kebahagiaan bagi kami. Ceritanya kelahiran bayi kami diperkirakan akan lahir tanggal 12 Oktober, nah oleh karena itu saya memutuskan untuk mengambil cuti per 1 Oktober 2012. Karena saya dan suami tinggal di rumah kos sederhana di Probolinggo dan kami menginginkan anak kami lahir di Surabaya, maka akhir September yang kebetulan itu adalah hari Minggu orang tua saya datang untuk menjemput saya, sehingga ada jedah untuk istirahat dirumah.


Senang sekali rasanya berada di Surabaya, Hantu Pre-ekslamp dan Dismaturasi Janin rasanya langsung pergi dari pikiranku, ada semacam ketenangan tersendiri ketika dekat dengan orang tua, belum lagi suntikan positif dari Bu Farida (bidan terdekat yang biasa kami kunjungi saat pulang ke Surabaya) ketika saya mengkonsultasikan masalah janin kami. Dengan pikiran tenang dan positif itupun saya bisa beristirahat dengan tenang dan nyenyak. Awal perjuangan saya dimulai ketika malam hari Senin tepatnya pukul 02.30 (sdh masuk Selasa) ada sesuatu mengalir dari jalan lahir, rasanya tidak bisa ditahan atau beda dengan kencing. Saya langsung terbangun dan menanyakan pada ibu. Ibu menjawab tidak tahu karena kelahiran ketiga anaknya tidak ada yang berkasus seperti itu. Ibu meminta saya menelpon Bu Farida dan setelah saya telfon ternyata beliau mengatakan kalau itu adalah tanda-tanda akan melahirkan. Saat mendengar itu, panik bin senang bercampur menjadi satu..

Paginya, saya dan suami meluncur ke tempat praktek Bu Farida. Pada saat diperiksa Bu Farida menanyakan pada saya apakah saya merasakan sakit, saya jawab tidak. Beliau menduga itu adalah air ketuban yang merembes tetapi selama belum ada darah dan rasa sakit saya diminta untuk menunggu dan tetap berdoa. Beliau menyarankan saya untuk pulang kerumah dulu, banyak berjalan dan berdoa. Saran Bu Farida kami terima dan saya lakukan sambil meminum obat perangsang yang diberikan. Sampai malam hari saya belum merasakan sakit sama sekali (jadi sedikit cemas) tetapi air ketuban terus mengalir seperti ketika menstruasi sehingga saya harus menggunakan pembalut. Akhirnya sekitar jam 21.00 saya menghubungi Bu Farida lagi dan lagi-lagi beliau meminta saya untuk sabar dan besok kembali lagi ke rumah beliau.

Rabu pagi, saya dan suami kembali kerumah Bu Farida. Kali ini Bu Farida akan merujuk kami ke Rumah Sakit karena takut ketuban saya keburu habis, kamipun sudah pasrah saja jika harus seccio. Tetapi ketika akan menuliskan rujukan, Bu Farida masih optimis saya bisa melahirkan normal, beliau menahan saya dan memberikan obat pendorong sekaligus meminta saya untuk melakukan USG untuk memastikan bahwa itu ketuban dan mengetahui seberapa banyak ketuban yang sudah hilang. Sore harinya pun saya dengan diantar suami pergi ke lab dan hasilnya langsung kami berikan pada Bu Farida. Malam harinya saya masih belum juga merasakan sakit, ibu dan mertua sudah semakin bingung dan memberikan masukan pada saya agar segera berangkat ke rumah sakit saja, tetapi wabil khusus ayah saya tidak boleh tahu soal huru-hara ini karena beliau mempunyai darah tinggi hihi.. Sampai sempat ayah bertanya pada saya ada apa kok mondar mandir ke Bu Farida, saya jawab periksa, memberikan riwayat periksa yang di dokter Probolinggo, USG dsb hehehe.. Karena orang tua makin cemas saya menghubungi Bu Farida lagi, dan akhirnya beliau meminta saya besok datang ke tempat praktek sekitar jam 9 an untuk mengambil rujukan.

Pagi harinya dengan hanya berbekal satu tas kecil berisi sarung dan sewek (jarit dlm bhs Indonesia), saya dan suami dengan mengendarai sepeda motor berangkat ke praktek Bu Farida. Disana kami disangoni rujukan dan doa agar selamat. Dari rumah Bu Farida, kami langsung meluncur ke rumah sakit, disana kami mendaftar dan saya langsung dibawa ke ruang bersalin. Dari ruang bersalin, hasil pemeriksaan saya adalah hanya pembukaan setengah, akhirnya saya langsung dibawa ke ruang operasi. Sebelum operasi, saya dibaringkan di depan ruang operasi karena harus menunggu dokter anestesinya yang saat itu sedang melayat, lumayan lama nunggunya, mungkin sejam-an, saat itulah saya merasakan sakit yang super dahsyat, tapi sakitnya datang dan pergi (kata mertua saya kalau melahirkan normal itu adalah saat pembukaan.

Dokter anestesi datang, saya pun dibawa masuk ke ruang operasi, saya diminta miring, disuntik di punggung dan langsung tiba-tiba badan saya seperti menghilang. Karena ini bius lokal, saya sempat melirik jam diujung ruang operasi, 12.04 disana, tiba-tiba dokter meminta ijin pada saya untuk membersihkan perut saya dengan bertanya anaknya laki-laki ya bu? lalu saya pun menjawab, insya Allah dok, USG nya seperti itu.. Lalu dokter melanjutkan, lho ini jenengan lihat laki-laki kan.. Saya menoleh ke sebelah kiri dan melihat bayi mungil penuh darah menangis , tiada kata terucap hanya air mata kebahagiaan yang menetes, Alhamdulillah ya Allah, ucap dalam hati saya.

Welcome our baby boy
Bayi imut dan lucu yang begitu kami nanti itu kami beri nama Dzaky Ahmad Ibrahim. Dzaky artinya yang cerdas, Ahmad adalah penanda bahwa dia seorang muslim dan Ibrahim adalah inspirasi kami tentang Nabi Ibrahim karena Dzaky lahir pada bulan Dzulhijjah. Semoga menjadi putra yang sholeh, menjadi kebanggaan orang tua, berbakti dan berguna bagi agama, masyarakat dan negara, amiiinnn...

peluk cium untuk bayi mungil kami!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar